MAKNA NYAMAN
Belakangan ini, sering sekali ada pertanyaan, bung pilih nyaman atau cinta?
Saya jawab, saya pilih nyaman. Alasannya?
Jadi begini, kita nyaman dengan seseorang bukanlah suatu hal yang instan, ada proses panjang dibalik itu semua. Nyaman akan bertahan selamanya, berbeda dengan cinta.
Jadi begini, suatu saat jika kita menikah, pastikan orang yang membersamai kita nyaman dengan keadaan kita.
Mungkin cinta akan hanya bertahan beberapa tahun saja, setelahnya, nyaman yang menjadi acuan hidup.
Bagaimana tidak? Setiap hari dimasa yang sudah tak lagi muda, kita akan membicarakan hal-hal untuk masa depan anak. Kita akan menjadi peluk yang saling menghangatkan, menjadi sosok yang paling menenangkan, menjadi orang tua yang kompak dalam mendidik anak.
Dan hal itu semua tidak akan cukup didasari makna cinta semata.
Jatuh cinta terhadap kepribadiannya adalah suatu hal yang tepat, nyaman dengan keberadaannya adalah suatu hal yang pantas.
Suatu saat, nanti kita akan duduk bersama disebuah taman, berdampingan sambil memegang lengan dengan mengeratkannya.
Sembari melihat anak-anak kita berlarian dan bermain. Lalu kita bercakap-cakap sedikit juga saling bertatapan, menunjukkan, terimakasih telah menemani dan memilihku apapun resikonya. Aku bahagia, dan aku ingin menjadi orang yang sehidup sesurga bersamamu.
Bukan melulu soal uang, atau keluarga yang saling besar atau kepamoran, semua itu tidak menjamin atas keadaan dimasa depan.
Bersiap bersama menghadapi kuesekuensi kedepan adalah hal yang harus dibincangkan berdua.
Justru itulah 4 madzhab berbeda dalam rukun nikah. Mengapa banyak ikhtiaf yang justru akan menimbulkan isbat hukum yang syubhat. Karena agama tidak pernah ego dalam mengatur penganutnya.
Nanti kita bahas dalam kekosongan waktuku selanjutnya saja perihal cinta dalam 4 madzhab.
Aku mencintaimu dengan apa adanya, bukan ada apanya, asalkan nyaman, aku siap untuk apapun menghadapinya, bersamamu.
Wassalam; Ahmad Nuruddin Nazieh:)
Comments
Post a Comment